Mafia Sholawat Magetan

Mafia Sholawat Magetan

Jumat, 03 Oktober 2014

Sejarah Nahdlotul Ulama


Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya,  muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.
Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.


Selasa, 30 September 2014

Abah Ali









MAKNA SHOLAWAT

Shalawat bentuk jamak dari kata  shalat yang berarti: doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah.

Arti bershalawat dapat dilihat dari pelakunya. Jika shalawat itu datangnya dari Allah Swt. berarti memberi rahmat kepada makhluk. Shalawat dari malaikat berarti memberikan ampunan. Sedangkan shalawat dari orang-orang mukmin berarti suatu doa agar Allah Swt. memberi rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad Saw. dan keluarganya.

Shalawat juga berarti doa, baik untuk diri sendiri, orang banyak atau kepentingan bersama. Sedangkan shalawat sebagai ibadah ialah pernyataan hamba atas ketundukannya kepada Allah Swt., serta mengharapkan pahala dari-Nya, sebagaimana yang dijanjikan Nabi Muhammad Saw., bahwa orang yang bershalawat kepadanya akan mendapat pahala yang besar, baik shalawat itu dalam bentuk tulisan maupun lisan (ucapan).

Hukum Bershalawat

Para ulama berbeda pendapat tentang perintah yang dikandung oleh ayat “Shallû ‘Alayhi wa Sallimû Taslîmân = bershalawatlah kamu untuknya dan bersalamlah kamu kepadanya,” apakah untuk sunnat apakah untuk wajib.
Kemudian apakah shalawat itu fardlu ‘ain ataukah fardlu kifayah. Kemudian apakah membaca shalawat itu setiap kita mendengar orang menyebut namanya ataukah tidak.
Asy-Syâfi’i berpendapat bahwa bershalawat di dalam duduk akhir di dalam sembahyang, hukumnya fardlu. Jumhur ulama berpendapat bahwa shalawat itu adalah sunnat.

Kata Al-Syakhâwî : “Pendapat yang kami pegangi ialah wajibnya kita membaca shalawat dalam duduk yang akhir dan cukup sekali saja dibacakan di dalam suatu majelis yang di dalam majelis itu berulang kali disebutkan nama Rasul.

Al-Hâfizh Ibn Hajar Al-Asqalânî telah menjelaskan tentang madzhab-madzhab atau pendapat-pendapat ulama mengenai hukum bershalawat dalam kitabnya “Fath al-Bârî”, sebagaimana di bawah ini.

Para ulama yang kenamaan, mempunyai sepuluh macam madzhab (pendirian) dalam masalah bershalawat kepada Nabi Saw.:

Pertama, madzhab Ibnu Jarîr Al-Thabarî. Beliau berpendapat, bahwa bershalawat kepada Nabi, adalah suatu pekerjaan yang disukai saja.

Kedua, madzhab Ibnu Qashshar. Beliau berpen-dapat, bahwa bershalawat kepada Nabi suatu ibadat yang diwajibkan. Hanya tidak ditentukan qadar banyaknya. Jadi apabila seseorang telah bershalawat, biarpun sekali saja. Terlepaslah ia dari kewajiban.

Ketiga, madzhab Abû Bakar Al-Râzî dan Ibnu Hazmin. Beliau-beliau ini berpendapat, bahwa bershalawat itu wajib dalam seumur hidup hanya sekali. Baik dilakukan dalam sembahyang, maupun di luarnya. Sama hukumnya dengan mengucapkan kalimat tauhid. Selain dari ucapan yang sekali itu hukumnya sunnat.

Keempat, madzhab Al-Imâm Al-Syâfi’i. Imam yang besar ini berpendapat, bahwa shalawat itu wajib dibacakan dalam tasyahhud yang akhir, yaitu antara tasyahhud dengan salam.

Kelima, madzhab Al-Imâm Asy-Sya’bî dan Ishâq. Beliau-beliau ini berpendapat, bahwa shalawat itu wajib hukumnya dalam kedua tasyahud, awal dan akhir.

Keenam, madzhab Abû Ja’far Al-Baqîr. Beliau ini berpendapat, bahwa shalawat itu wajib dibaca di dalam sembahyang. Cuma beliau tidak menentukan tempatnya. Jadi, boleh di dalam tasyahhud awal dan boleh pula di dalam tasyahhud akhir.

Ketujuh, madzhab Abû Bakar Ibnu Bakir. Beliau ini berpendapat, bahwa shalawat itu wajib kita membacanya walaupun tidak ditentukan bilangannya.

Kedelapan, madzhab Al-Thahawî dan segolongan ulama Hanafiyah. Al-Thahawî berpendapat bershalawat itu diwajibkan pada tiap-tiap kita mendengar orang menyebut nama Muhammad. Paham ini di ikuti oleh Al-Hulaimî dan oleh segolongan ulama Syâfi’iyyah.

Kesembilan, madzhab Al-Zamakhsyarî. Al-Zamakhsyarî berpendapat, bahwa shalawat itu dimustikan pada tiap-tiap majelis. Apabila kita duduk dalam suatu majelis, wajiblah atas kita membaca Shalawat kepada Nabi, satu kali.

Kesepuluh, madzhab yang dihikayatkan oleh Al-Zamkhsyarî dari sebagian ulama Madzhab ini berpendapat bahwa bershalawat itu diwajibkan pada tiap-tiap kita mendoa.

Untuk mengetahui manakah paham yang harus dipegangi dalam soal ini, baiklah kita perhatikan apa yang telah diuraikan oleh Al-Imâm Ibn Al-Qayyim dalam kitabnya Jalâul Afhâm, katanya : “Telah bermufakat semua ulama Islam atas wajib bershalawat kepada Nabi, walaupun mereka berselisih tentang wajibnya di dalam sembahyang. Segolongan ulama tidak mewajibkan bershalawat di dalam sembahyang. Di antaranya ialah, Al-Thahawî, Al-Qâdhî al-’Iyâd dan Al-Khaththabî. Demikianlah pendapat para fuqaha selain dari Al-Syâfi’i.”
Dengan uraian yang panjang Al-Imâm Ibn Al-Qayyim membantah paham yang tidak mewajibkan shalawat kepada Nabi Saw. di dalam sembahyang dan menguatkan paham Al-Syâfi’i yang mewajibkannya.

Al-Imâm Ibn Al-Qayyim berkata: “Tidaklah jauh dari kebenaran apabila kita menetapkan bahwa shalawat kepada Nabi itu wajib juga dalam tasyahhud yang pertama. Cuma hendaklah shalawat dalam tasyahhud yang pertama, diringkaskan. Yakni dibaca yang pendek.
Maka apabila kita renungkan faham-faham yang telah tersebut itu, nyatalah bahwa bershalawat kepada Nabi itu disuruh, dituntut, istimewa dalam sembahyang dan ketika mendengar orang menyebut nama Nabi Muhammad Saw.

Berkata Al-Faqîh Ibn Hajar Al-Haitamî dalam Al-Zawâjir: “Tidak bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. ketika orang menyebut namanya, adalah merupakan dosa besar yang keenampuluh.”
Berikan komentar, atau minimal bersholawatlah di kolom komentar.
Allahumma Sholli 'ala Muhammad

SEMUT IRENG

Semut Ireng adalah group Hadroh Rebana asuhan Gus Ali Shodiqin pengasuh pondok pesantren Roudlotun Ni'mah dari Semarang Jawa Tengah. Semut Ireng sering diajak Gus Ali atau Mbah Ali Gondrong dalam pengajian menebar dakwah islam Rohmatal lil Alamin.

Jika ikhwan/akhwat ingin download lagu-lagu dari Semut Ireng, silahkan didownload di bawah ini :

Sholawat Semut Ireng Terbaru
Download Dan Dengarkan Dulu Baru Berkomentar
» TusFiles

  1. Birosulillah Semut Ireng.mp3
  2. Bismillah.mp3
  3. Gus Ali gondrong Sa'altullah.mp3
  4. isfalana.mp3
  5. kebesaranmu-ikatrina.mp3
  6. lailahaillallah.mp3
  7. Lam Yahtalim.mp3
  8. Mafia sholawat - syaihona.mp3
  9. maulayasolliwasa.mp3
  10. Medley Ya Imamar Rusli - Ya Sayyidi Group Shalawat Semut Ireng.mp3
  11. Semut Ireng Rodlina.mp3
  12. Semut ireng - Maulaya.mp3
  13. Semut Ireng - Qad Kafani.mp3
  14. Semut Ireng - Sidnan Nabi.mp3
  15. Semut Ireng - Ya Sayyidi.mp3
  16. Semut ireng 8.mp3
  17. Semut ireng 10.mp3
  18. Semut Ireng Live Srikandi Listrik.mp3
  19. semut ireng_'alaika shallallah.mp3
  20. semut ireng_dinunaya.mp3
  21. semut ireng_khobiri.mp3
  22. semut ireng_sidnan nabi.mp3
  23. semut ireng_syahru robi'.mp3
  24. semut ireng_tarohabna.mp3
  25. semut ireng_wulidal musyarof.mp3
  26. semut ireng_ya rosulallah ya nabi.mp3
  27. semut ireng_zairorroudloh.mp3
  28. semut-ireng-assalamu-al.mp3
  29. semut-ireng-azka-taslimi.mp3
  30. SholloRobuna.mp3
  31. Shollu'ala Semut Ireng.mp3
  32. syauqhul habib ya ngasyiqhi.mp3
  33. syauqhul habib ya rosullalallah.mp3
  34. Tobibi qolbi.mp3
  35. Yaarobbisholli.mp3
  36. Yanurol aini.mp3
  37. Aman aman - Mafia sholawat.mp3
  38. Indonesia raya - Mafia sholawat.mp3
  39. Padang Bulan - Mafia sholawat.mp3
  40. selamat hari lebaran - Mafia Sholawat.mp3
  41. Sukosari Bersholawat - Mafia Sholawat.mp3
» 4shared
  1. Birosulillah Semut Ireng.mp3
  2. Bismillah.mp3
  3. Gus Ali gondrong Sa'altullah.mp3
  4. isfalana.mp3
  5. kebesaranmu-ikatrina.mp3
  6. lailahaillallah.mp3
  7. Lam Yahtalim.mp3
  8. Mafia sholawat - syaihona.mp3
  9. maulayasolliwasa.mp3
  10. Medley Ya Imamar Rusli - Ya Sayyidi Group Shalawat Semut Ireng.mp3
  11. Semut ireng 8.mp3
  12. Semut ireng 10.mp3
  13. Semut Ireng Rodlina.mp3
  14. Semut ireng - Maulaya.mp3
  15. Semut Ireng - Qad Kafani.mp3
  16. Semut Ireng - Sidnan Nabi.mp3
  17. Semut Ireng - Ya Sayyidi.mp3
  18. Semut Ireng Live Srikandi Listrik.mp3
  19. semut ireng_'alaika shallallah.mp3
  20. semut ireng_dinunaya.mp3
  21. semut ireng_khobiri.mp3
  22. semut ireng_sidnan nabi.mp3
  23. semut ireng_syahru robi'.mp3
  24. semut ireng_tarohabna.mp3
  25. semut ireng_wulidal musyarof.mp3
  26. semut ireng_ya rosulallah ya nabi.mp3
  27. semut ireng_zairorroudloh.mp3
  28. semut-ireng-assalamu-al.mp3
  29. semut-ireng-azka-taslimi.mp3
  30. SholloRobuna.mp3
  31. Shollu'ala Semut Ireng.mp3
  32. syauqhul habib ya ngasyiqhi.mp3
  33. syauqhul habib ya rosullalallah.mp3
  34. Tobibi qolbi.mp3
  35. Yaarobbisholli.mp3
  36. Yanurol aini.mp3
  37. Sukosari Bersholawat - Mafia Sholawat.mp3
  38. selamat hari lebaran - Mafia Sholawat.mp3
  39. Padang Bulan - Mafia sholawat.mp3
  40. Indonesia raya - Mafia sholawat.mp3
  41. Aman aman - Mafia sholawat.mp 
 
Lagu Menarik Lainnya : Sholawat

ARTI MAFIA SHOLAWAT



Mafia Sholawat kepanjangan dari Manunggaling Fikiran lan Ati Ing dalem Sholawat.. Jama'ah Mafia Sholawat Magetan siap Sholawat sampai akhir hayat. Di bawah naungan guru besar Abah KH. Drs. Muhammad ALI SHODIKIN / Gus Ali / Gus Ali Gondrong / Abah Ali pengasuh Pon-Pes Roudhotun Ni'mah Semarang.